top of page

"Bawi Lamus" : Teater Spektakuler Menggali Isu-Isu Lingkungan di Tanah Kalimantan Tengah



KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Kecantikan alam dan warisan budaya Kalimantan Tengah akan dihadirkan melalui pertunjukan teater berjudul 'Bumi Lamus'. Jay Subyakto, seorang penata artistik, menggarap pertunjukan menjelaskan bahwa 'Bawi Lamus' dapat diartikan sebagai ibu pertiwi secara global. Baginya, Kalimantan sebagai ibu pertiwi harus senantiasa dilindungi, dihormati, dan diselamatkan.


Dalam bahasa dayak, Bawi Lamus mengartikan wanita cantik dan anggun. Pementasan ini menggabungkan unsur senin dan tradisi suku Dayak Ngaju dan Manyan dari Kalimantan Tengah yang dikombinasikan dengan musik orkestra


Jay Subyakto juga menyampaikan keprihatinannya terkait minimnya perhatian terhadap Kalimantan sebagai paru-paru dunia, terutama terlihat dari kebakaran hutan, tambang batubara, dan pembalakan liar yang semakin marak. Ia menyoroti kurangnya perhatian terhadap isu kritis seperti pembunuhan orangutan. Dalam pandangan Jay, pertunjukan 'Bumi Lamus' bukan hanya untuk menghibur, melainkan juga untuk membangkitkan kesadaran dan pemikiran penonton terhadap isu-isu tersebut.


Jay Subyakto juga menyampaikan keprihatinannya karena banyak orang asing yang lebih peka terhadap isu lingkungan di Indonesia daripada sebagian masyarakat lokal yang terlihat apatis terhadap lingkungan dan seni budaya. Dalam proses pemilihan pemain, Jay memilih artis seperti Sophia Latjuba dan Lea Simajuntak yang memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan.


Sophia Latjuba, salah satu pemain dalam pertunjukan, menyatakan kegembiraannya atas keterlibatannya dalam 'Bumi Lamus'. Ia bahkan rela membatalkan beberapa kontrak untuk berpartisipasi dalam pertunjukan ini. Dalam pertunjukan, Sophia akan menjadi 'Bawi Lamus' yang menjadi narator cerita. Menurutnya, pertunjukan ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat agar lebih peduli terhadap isu lingkungan, khususnya yang terkait dengan Kalimantan.


Diharapkan pertunjukan 'Bumi Lamus' dapat menjadi titik awal untuk lebih banyaknya karya seni yang mengangkat isu-isu lingkungan dan budaya. Jay Subyakto juga berharap agar industri seni bisa lebih terlibat dalam pembuatan karya seni serupa guna meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap warisan budaya Indonesia. -red


Comments


bottom of page