top of page

BRIN Ciptakan Revolusi Pertanian dengan Biopestisida Berbasis Mikroba


KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang mengembangkan biopestisida dan biostimulan ramah lingkungan untuk mendukung pertanian hortikultura yang berkelanjutan.


"Kita menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Penggunaan pestisida sintetis telah mencemari tanah, merusak organisme bermanfaat, dan mengganggu ekosistem secara keseluruhan. Oleh karena itu, solusi yang lebih ramah lingkungan sangat diperlukan," ujar Kepala Organisasi Riset Pangan dan Pertanian BRIN, Puji Lestari, dalam pernyataannya di Jakarta, Sabtu.


Puji menjelaskan bahwa BRIN saat ini fokus meneliti pestisida alami dengan memanfaatkan tumbuhan, mikroba, dan mineral. Penelitian ini telah menunjukkan kemajuan yang signifikan, terutama dalam penggunaan mikroba sebagai agen biokontrol.


Ia berharap, upaya ini dapat mendukung pertanian hortikultura yang berkelanjutan, mengingat lebih dari 110 juta hektare lahan di Indonesia telah digunakan untuk budi daya sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.


Peneliti di Pusat Riset Hortikultura BRIN, Rasiska Tarigan, juga menekankan pentingnya pengendalian yang ramah lingkungan dengan menggunakan mikrobioma sebagai biopestisida. Mikrobioma, yang terdiri dari bakteri, jamur, dan protozoa, berperan penting dalam meningkatkan kesehatan tanaman.


"Mikroba yang hidup di sekitar akar tanaman membantu memperbaiki struktur tanah, menyediakan nutrisi, dan melindungi tanaman dari hama," jelasnya.


Rasiska menambahkan, mikroba antagonis seperti bakteri dan jamur juga bisa dimanfaatkan sebagai biofungisida dan bioinsektisida. Salah satu contoh adalah Bacillus thuringiensis, mikroba entomopatogen yang telah digunakan secara efektif sebagai bioinsektisida untuk mengendalikan hama tanpa meninggalkan residu kimia.


"Mikroba di daerah akar, atau mikroba rhizosfer, berperan dalam penyerapan nutrisi penting seperti nitrogen dan besi, serta mendukung proses fotosintesis," tambahnya.


Oleh karena itu, para peneliti BRIN terus berupaya mengembangkan produk berbasis mikroba yang dapat menjadi solusi nasional untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman.


"Kami berharap penelitian ini dapat menghasilkan produk yang efektif secara nasional untuk mengatasi penyakit tanaman di berbagai kondisi, termasuk dalam menghadapi dampak perubahan iklim," tutup Rasiska Tarigan. -red



Foto: Provinsi Sulteng

Comments


bottom of page