top of page

Bulog Siap Hadapi Pelemahan Rupiah dengan Strategi Impor dan Fokus Petani Lokal


KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) telah melakukan persiapan untuk menghadapi kemungkinan risiko akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Ini terjadi karena Bulog, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertanggung jawab atas ketahanan pangan, telah diberi tugas oleh pemerintah untuk mengimpor beras, jagung, dan kedelai.


Menurut data dari Refinitiv, pada hari ini rupiah mencapai Rp16.180 per dolar AS, mencatatkan posisi tertinggi sejak awal pandemi Covid-19. Bulog telah ditugaskan untuk mengimpor sekitar 3,6 juta ton beras hingga akhir tahun 2024 untuk mengisi stok cadangan beras pemerintah (CBP), yang nantinya akan digunakan untuk program pelayanan publik oleh Bulog, seperti Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), bantuan pangan, dan program pemerintah lainnya.


Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Bulog, Sonya Mamoriska, menyatakan bahwa meskipun tugas impor ini akan menimbulkan biaya tambahan, namun masih dalam batas risiko yang dapat ditoleransi oleh Bulog. Bulog akan terus memantau pergerakan nilai tukar rupiah dan mengkalkulasikan kembali risikonya di masa mendatang.


Selain itu, Bulog juga akan memusatkan perhatian pada pengadaan beras dari hasil panen dalam negeri dengan target pengadaan sebanyak 300.000 ton dalam tahun ini. Langkah ini diharapkan dapat menjaga stok beras di Bulog dalam posisi yang aman.


Langkah yang diambil oleh Bulog untuk mengantisipasi pelemahan rupiah dan menjaga ketahanan pangan nasional merupakan tindakan yang bijaksana. Selain itu, fokus pada pengadaan beras dari dalam negeri juga mendukung petani lokal serta mengurangi ketergantungan pada impor. Dengan demikian, langkah-langkah ini diharapkan dapat menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di Indonesia. -red



Sumber Foto : CNBC Indonesia

Comments


bottom of page