
KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Konsorsium investor yang dipimpin Elon Musk telah mengajukan penawaran senilai USD 97,4 miliar (sekitar Rp 1.592 triliun) untuk mengakuisisi OpenAI, perusahaan pengembang ChatGPT. Namun, tawaran tersebut langsung ditolak oleh CEO sekaligus co-founder OpenAI, Sam Altman.
Menurut laporan The Wall Street Journal, Musk bersama sejumlah investor mengusulkan pembelian divisi non-profit OpenAI kepada dewan direksi perusahaan tersebut. Laporan ini dikonfirmasi langsung oleh pengacara Musk, Mark Toberoff.
"Sudah waktunya OpenAI kembali menjadi kekuatan open-source yang fokus pada keamanan secara permanen seperti sebelumnya. Kami akan memastikan hal itu terjadi," ujar Musk melalui pernyataan yang disampaikan Toberoff, dikutip dari BBC pada Selasa (11/2/2025).
Penawaran ini menjadi kelanjutan perselisihan antara Musk dan Altman terkait arah masa depan OpenAI. Altman menolak tawaran Musk dan justru memberikan penawaran balik untuk membeli Twitter/X senilai USD 9,74 miliar.
"Tidak, terima kasih. Tapi kami akan membeli Twitter dengan nilai tersebut jika Anda bersedia," tulis Altman dalam unggahannya di X.
Tawaran dari Musk yang bernilai USD 97,4 miliar tersebut jauh lebih rendah dibandingkan valuasi OpenAI yang mencapai USD 157 miliar setelah putaran pendanaan terakhir pada Oktober 2024. Upaya Musk mengambil alih OpenAI didukung oleh xAI serta sejumlah pemodal seperti Baron Capital Group dan Valor Management.
Musk dan Altman mendirikan OpenAI pada 2015 sebagai perusahaan nirlaba. Namun, hubungan keduanya mulai memburuk setelah Musk keluar dari jajaran direksi OpenAI pada 2018. Saat ini, Altman tengah berupaya mengubah struktur OpenAI dari nirlaba (non-profit) menjadi perusahaan for-profit.
Langkah ini menuai protes dan gugatan dari Musk karena dianggap menyimpang dari misi awal perusahaan yang bertujuan mengembangkan AI demi kepentingan umat manusia. Namun, pihak OpenAI beralasan bahwa perubahan status menjadi for-profit diperlukan untuk mendapatkan pendanaan yang cukup guna mengembangkan model AI terbaik.
"Sebagai co-founder OpenAI dan tokoh penting dalam industri teknologi yang inovatif serta sukses, Musk adalah orang yang paling tepat untuk melindungi dan mengembangkan teknologi OpenAI," tegas Toberoff mewakili kliennya. -red
Comentarios