top of page

Dari Tumpukan Tikar Jadi Sekolah Impian, Kisah Inspiratif MI Nurul Huda 02


KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda 02 didirikan pada tahun 2008 di Kampung Gunung Leutik, Desa Kiarasari, Kecamatan Sukajaya, Bogor, Jawa Barat. Sekolah ini mulai beroperasi pada tahun 2009 dengan keterbatasan yang sangat besar. Selama empat tahun pertama, kegiatan belajar mengajar dilakukan di halaman rumah dengan tikar sebagai alas, tanpa listrik hingga tahun 2012 dan tanpa gedung yang layak.


Pada tahun kelima, MI Nurul Huda 02 akhirnya memiliki satu ruangan yang dibagi menjadi tiga kelas, dengan hanya delapan bangku untuk 48 siswa. Hingga kini, MI Nurul Huda 02 tetap menjadi satu-satunya Sekolah Dasar di daerah tersebut.


Menurut Wahyu Adi Priallira, pendiri sekolah, sejak berdirinya, MI Nurul Huda 02 tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah. Mayoritas orang tua siswa bekerja sebagai buruh dan petani, serta banyak siswa yang merupakan anak yatim. Untuk membeli seragam, Adi harus mencari seragam layak pakai di Jakarta dengan membawa foto anak-anak dan mendatangi rumah-rumah. Sekolah ini memutuskan untuk tidak memungut biaya sama sekali karena kondisi ekonomi keluarga siswa yang memprihatinkan.


Adi dan para guru di MI Nurul Huda 02 dengan ikhlas bergotong royong membeli alat tulis menggunakan gaji honorer mereka yang sangat minim. Dalam sebulan, mereka hanya mampu membeli 3-4 spidol yang dipakai bergantian. Bangku dan meja yang digunakan di sekolah sebagian besar merupakan hasil perbaikan dari bangku dan meja bekas dari sekolah lain. Dari 40 bangku bekas dan rusak, 12 di antaranya berhasil diperbaiki dan bisa digunakan kembali.


Minimnya prasarana sekolah membuat siswa harus berebut tempat duduk atau menulis di lantai. Banyak bangku dan meja yang sudah mulai rusak, namun hal ini tidak mengurangi semangat belajar anak-anak. Buku-buku pelajaran sebagian besar berasal dari sumbangan sekolah lain.


MI Nurul Huda 02 tidak hanya fokus pada pendidikan formal, tetapi juga memberikan pendidikan kesenian budaya. Mereka bahkan pernah memenangkan lomba kesenian di tingkat kota dan provinsi. Adi menceritakan pengalaman lucu dan mengharukan ketika anak-anak dibawa ke Jakarta untuk mengikuti lomba. Anak-anak sangat senang melihat gedung-gedung tinggi, bahkan ada satu anak yang meminta dicubit untuk memastikan bahwa ia benar-benar melihat gedung seperti di TV.


Momen-momen seperti ini membuat Adi merasa perjuangannya tidak sia-sia. Ketika merasa lelah, ia teringat semangat luar biasa anak-anak untuk sekolah. "Masa saya tega untuk meninggalkan anak-anak," ujarnya.


Dengan segala keterbatasan, Adi dan para guru tetap berjuang demi masa depan anak-anak. Mereka berharap anak-anak dapat meraih mimpi dan memberikan perubahan positif bagi daerah mereka. MI Nurul Huda adalah bukti nyata keteguhan dan semangat luar biasa dari para guru dan siswa di tengah keterbatasan. Meski menghadapi berbagai tantangan, mereka tetap berjuang demi pendidikan yang layak dan masa depan yang lebih baik. Perjuangan Adi dan para guru adalah inspirasi bagi kita semua untuk tidak menyerah dalam kondisi apapun. "Kami berjuang untuk membangun sekolah ini, dan kami akan terus bertahan meskipun banyak tantangan," ucap Adi.


Mari kita dukung MI Nurul Huda 02 untuk meringankan beban mereka dengan berdonasi. Kebaikan Anda sangat berarti untuk menyediakan fasilitas yang lebih memadai dan harapan baru bagi anak-anak. Donasi dapat disalurkan melalui berbuatbaik.id, dan 100% akan disalurkan. -red




Foto: Berbuat Baik

Comments


bottom of page