top of page

Evaluasi Sepuluh Tahun Terakhir Pertanian Indonesia : Minim Pemanfaatan Teknologi!



KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Data hasil Sensus Pertanian 2023 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia mengalami sedikit perubahan dalam satu dekade terakhir. Secara umum, masih terlihat dominasi tenaga kerja berusia tua dan keterbatasan penggunaan teknologi.


Berdasarkan sensus tersebut, jumlah usaha pertanian perorangan di Indonesia mengalami penurunan sebesar 7,42% dari tahun 2013, dari 31,71 juta menjadi 29,36 juta. Begitu pula dengan jumlah unit usaha pertanian perorangan yang turun sebesar 7,45%, dari 31,70 juta unit menjadi 29,34 juta unit pada 2023.


Sekretaris Utama BPS, Atqo Mardiyanto, mengungkapkan bahwa mayoritas petani yang mengelola usaha pertanian perorangan pada tahun ini berusia 45-54 tahun sebesar 27,09%, sedangkan sepuluh tahun lalu jumlahnya mencapai 28,03%. Seiring dengan itu, terjadi penurunan drastis pada kelompok usia 35-44 tahun dari 26,34% pada tahun 2013 menjadi 22,08%. Namun, kelompok usia 55-64 tahun dan 65 tahun ke atas mengalami peningkatan masing-masing menjadi 23,20% dan 16,15%.


Menariknya, porsi petani berusia 15-24 tahun mengalami peningkatan dari 0,88% menjadi 1,24%, sementara kelompok usia 25-34 tahun mengalami penurunan dari 11,97% menjadi 10,24%. Atqo menyatakan bahwa kondisi ini dapat menjadi pertimbangan kebijakan dalam konteks kedaulatan pangan, mengingat banyak petani yang sudah berusia relatif tua.


Sementara itu, distribusi petani berdasarkan generasi menunjukkan bahwa generasi X (kelahiran 1965-1980) mendominasi dengan porsi 42,39%, diikuti oleh baby boomer (kelahiran 1946-1964) sebanyak 27,61%, dan generasi milenial (kelahiran 1981-1996) sebanyak 25,61%.


Dalam hal penggunaan alsintan modern atau teknologi digital, data menunjukkan bahwa hanya 46,86% dari total 28,19 juta petani yang menggunakan teknologi tersebut. Petani milenial (19-39 tahun) mencakup 21,93% dari total petani, dan dari jumlah tersebut, 6.183.009 orang menggunakan teknologi digital.


Ketua Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo), Agus Pakpahan, menyebutkan bahwa konsistensi kebijakan dan peningkatan teknologi pertanian menjadi kunci untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia, termasuk gula dan beras. Namun, Sutarto Alimoeso, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (PERPADI), menyoroti alih fungsi lahan yang tinggi sebagai salah satu penyebab penurunan produksi beras nasional, selain produktivitas yang stagnan.


Data ini memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi pertanian di Indonesia, menyoroti perubahan demografis petani dan tantangan dalam mendorong produksi pertanian. Pentingnya kebijakan konsisten dan peningkatan teknologi menjadi sorotan untuk mencapai ketahanan pangan di masa depan. -red



Sumber Foto : CNBC Indonesia

Comments


bottom of page