( Foto : Pexels)
KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengumumkan bahwa Indonesia telah memasuki periode pancaroba, yaitu fase peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, sambil memberikan peringatan tentang potensi cuaca ekstrem.
Dalam acara Live Webinar yang diadakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Sabtu (28/10), Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa cuaca ekstrem berpotensi terjadi selama periode pancaroba ini. Ancaman cuaca ekstrem meliputi hujan lebat disertai petir, angin kencang, dan bahkan hujan es.
Khusus untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), BMKG mencatat bahwa wilayah ini sudah memasuki fase akhir pancaroba, meskipun belum sepenuhnya memasuki musim hujan.
Selama periode pancaroba, arah angin dapat sangat bervariabel, menyebabkan cuaca dapat berubah dengan cepat dari panas ke hujan atau sebaliknya. Namun, Dwikorita menyatakan bahwa umumnya cuaca pada pagi hari cerah, sedangkan siang hari awan mulai tumbuh, dan hujan dapat terjadi menjelang sore hari atau malam.
Dwikorita juga menjelaskan bahwa pertumbuhan awan Cumulonimbus (CB) biasanya terjadi pada pagi menjelang siang, dengan ciri-ciri bentuk seperti bunga kol dan warna abu-abu dengan tepian yang jelas. Ketika sore hari tiba, awan ini akan menjadi gelap dan dapat menyebabkan hujan, petir, dan angin.
BMKG memperingatkan bahwa curah hujan tinggi dapat menjadi pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rentan terhadap longsor disarankan untuk berhati-hati.
Selain itu, BMKG meramalkan bahwa awal musim hujan 2023/2024 diperkirakan terjadi pada bulan Oktober hingga Desember 2023, meliputi sekitar 68,2 persen wilayah Indonesia. Puncak musim hujan diantisipasi terjadi pada Januari hingga Februari 2024, mencakup sekitar 55,1 persen wilayah.
Dibandingkan dengan situasi normal, sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami awal musim hujan yang lebih awal. Oleh karena itu, BMKG mendorong langkah-langkah mitigasi bencana hidrometeorologis selama musim hujan, terutama di wilayah-wilayah yang diprediksi mengalami musim hujan atas normal, yang meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor.
Pemerintah daerah dan sektor terkait diharapkan menggunakan informasi prakiraan musim hujan ini untuk merencanakan tindakan dini guna mengurangi kerugian yang mungkin terjadi akibat bencana hidrometeorologis. -red
Commenti