top of page

Indonesia Stop Ekspor Bijih Nikel, Cuan Meningkat 20 Kali Lipat!


KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengumumkan bahwa Indonesia mencatat sejarah baru dengan masuknya komoditas nikel Indonesia ke dalam bursa logam terkemuka dunia, London Metal Exchange (LME). Baru-baru ini, LME menyetujui pencatatan merek nikel olahan pertama dari Indonesia dengan kode "DX-zwdx".


Luhut mengungkapkan kebanggaannya karena selama ini Indonesia sering diabaikan sebagai salah satu produsen nikel terbesar dunia. "Saya juga mau laporkan pertama kali Indonesia masuk di LME di London yang selama ini kita di-ignore. Dengan kita masuk, maka Indonesia sekarang itu, mimpi saya, yang tentukan harga nikel di dunia, itu sebabnya Australia marah karena merasa Indonesia bisa," ujarnya dalam Rapat Kerja di Badan Anggaran DPR RI pada Kamis (6/6/2024). "Ya kita bisa. Bangsa ini hebat kok, yang kita selama ini ditoko-tokoin ya bodohnya kita. Tapi sekarang kita buktikan," tambahnya.


Luhut menyebutkan bahwa Indonesia memperoleh US$ 40 miliar atau sekitar Rp 640 triliun dari komoditas nikel pada 2023. Nilai ekspor ini meningkat tajam dibandingkan tahun 2014, saat Indonesia hanya mendapatkan US$ 1,5 miliar atau US$ 2 miliar dari ekspor bijih nikel.


Sejak 1 Januari 2020, Indonesia menghentikan ekspor bijih nikel dan hanya mengekspor nikel yang telah diolah dan dimurnikan di dalam negeri. Luhut menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi dan hilirisasi terus berlanjut. "Dulu kita ekspor 1,5 miliar dolar atau 2 miliar dolar, tahun lalu kita sudah 40 miliar dolar," tambah Luhut. Menurutnya, tanpa hilirisasi, nilai ekspor tersebut tidak mungkin tercapai. "Kalau tanpa ini, ekonomi kita hari ini sudah akan goyah," ujarnya.


Perlu diketahui, merek "DX-zwdx" dengan kemurnian minimal 99,8% nikel adalah produksi PT CNGR Ding Xing New Energy, perusahaan patungan antara grup bahan baterai China CNGR Advanced Material Co. dan perusahaan lokal. Mereka memproduksi 50.000 ton logam lembaran setiap tahun dengan spesifikasi tersebut. LME adalah bursa berjangka dan opsi terbesar dan tertua di dunia untuk perdagangan logam industri, termasuk aluminium, tembaga, nikel, dan seng. Pada Agustus 2022, lebih dari 450 merek dari lebih dari 55 negara terdaftar di LME. Semua merek yang disetujui masuk bursa LME harus mematuhi persyaratan ketat tentang kualitas, bentuk, dan berat.


Menurut Reuters, Indonesia hanya memproduksi sekitar 600.000 metrik ton nikel beberapa tahun lalu, sebagian besar diekspor dalam bentuk bijih mentah ke China untuk diolah menjadi baja tahan karat. Pada 2023, Indonesia berhasil menambang 2,03 juta ton logam nikel, menyumbang lebih dari separuh produksi dunia. Kini, Indonesia mengekspor berbagai produk nikel, termasuk logam olahan dengan kemurnian yang dapat diterima untuk pengiriman LME. -red

Comments


bottom of page