top of page

Jelang FBIM 2023, 700 Penari Dadas Bawo Siap Pecahkan Rekor Muri


Kalteng Network, Palangka Raya - Berbagai kegiatan akan digelar untuk menyemarakkan jadwal tahunan peringatan HUT Provinsi Kalteng ke-66 tahun 2023. Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) yang akan berlangsung mulai dari 22 Mei hingga 27 Mei adalah salah satunya. Pada 22 Mei, FBIM akan dibuka di halaman Gor Indoor, Jalan Tjilik Riwut Km 5, Kota Palangka Raya, dengan tarian Wadian Dadas dan Bawo sekaligus untuk pemecahan rekor Muri.


Adiah Chandra Sari selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng, mengatakan 700 penari akan menghadiri pemecah rekor Tari Muri Wadian Dadas dan Bawo. Sanggar tari dan pelajar SMA se-Kota Palangka Raya turut menjadi peserta.


“Pembukaan FBIM dilaksanakan di halaman Gor Indor, Jalan Tjilik Riwut, Kilometer 5, Kota Palangka Raya pada 22 Mei mendatang, dan dirangkai dengan pemecahan rekor Muri menari massal Tari Wadian Dadas dan Bawo,” kata Adiah dilansir dari Kalteng Pos, Kamis (18/5).

Adiah menyebut, Tari Wadian Dadas dan Bawo merupakan tarian yang berasal dari wilayah Barito. Pada 2017 lalu, tarian ini sudah didaftarkan ke kementerian sebagai warisan tak benda Kalteng.


“Tarian ini kami pilih untuk pemecahan rekor Muri pada peringatan HUT ke-66 Provinsi Kalteng dengan tujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat warisan tak benda Kalteng,” katanya.

Tahun ini, FBIM diselenggarakan di Gor Indoor, Jalan Tjilik Riwut Km 5, Palangka Raya. Namun ada beberapa yang dilaksanakan di luar gedung. Ada beberapa permainan tradisional yang akan diperlombakan.


“Peserta FBIM merupakan perwakilan dari setiap kabupaten/kota se-Kalteng, tetapi ada juga beberapa yang diperuntukkan untuk umum, seperti lomba karnaval budaya, perahu hias, dan lomba foto serta video, nanti akan dibagi menjadi beberapa kategori, misal saja kategori kabupaten/kota, kategori instansi, dan kategori umum,” jelasnya.


Sebagai informasi, Tari Dadas Bawo adalah tarian adat masyarakat Dayak Ma’ayan di Kalimantan tengah untuk yang bermakna permintaan kesembuhan kepada Ranying Hatala langit (Tuhan) bagi mereka yang sakit. Mulanya tarian ini digunakan masyarakat dalam ritual penyembuhan warga yang sakit. Namun seiring perkembangan zaman, tarian ini diadaptasi menjadi tarian kebudayaan oleh masyarakat Dayak di Kalimantan tengah sebagai pelestarian kebudayaan asli masyarakat Dayak.


Tarian ini menggunakan sepasang gelang dari logam, sehingga menimbulkan suara gemrincing dan ketambung. Kostum penari dalam Tarian Dadas bawo sangat penuh warna dan corak berwarna hitam, putih, merah, kuning dan hijau yang merupakan warna ciri khas suku Dayak. Selain itu juga di lengkapi beberapa aksesoris seperti gelang, kalung taring dan janur. Dengan terus memperkenalkan seni budaya kepada masyarakat, diharapkan adat dan budaya dapat terus dilestarikan. -red

Comments


bottom of page