top of page

Jokowi Gembira, Impor Jagung Turun Drastis, Harga Diharapkan Tetap Stabil


KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan rasa syukur karena volume impor jagung saat ini telah menurun drastis, hanya tersisa sekitar 400.000 hingga 450.000 ton, dibandingkan dengan jumlah impor yang mencapai lebih dari 3 juta ton pada periode sebelumnya. Ini menjadi indikasi positif bahwa produksi jagung dalam negeri terus meningkat.


Meskipun demikian, Presiden Jokowi menyoroti adanya potensi penurunan harga jagung. Hal ini terjadi seiring dengan penurunan harga jagung per kilogram dari sekitar Rp8.000 menjadi Rp4.000-5.000. Namun, Jokowi optimistis bahwa penurunan harga ini akan mendorong peningkatan produksi jagung, karena dengan harga yang lebih rendah, produksi akan cenderung melimpah.


Dalam upaya menjaga keseimbangan antara produksi dan harga, Jokowi menekankan pentingnya intervensi pemerintah, seperti melalui pembelian oleh Perum Bulog. Hal ini diharapkan dapat memastikan bahwa meskipun produksi meningkat, harga tetap terjaga secara wajar.


Terkait dengan ancaman cuaca terhadap produksi jagung, Jokowi menyatakan optimisme bahwa produksi jagung masih akan berlimpah meskipun terdapat risiko gagal panen akibat musim panas. Dia mencontohkan kasus beras yang pada bulan lalu mengalami kelebihan produksi sebesar 300.000 ton, yang sebelumnya diperkirakan tidak akan mencapai surplus.


Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa impor jagung Indonesia telah mengalami penurunan signifikan dari tahun ke tahun. Mulai dari lebih dari 3 juta ton pada tahun 2011 hingga hanya sekitar 517,50 ribu ton pada tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan produksi jagung dalam negeri telah memberikan hasil positif dalam mengurangi ketergantungan pada impor.


Langkah-langkah yang diambil pemerintah, seperti meningkatkan produksi jagung dalam negeri dan intervensi harga melalui Perum Bulog, merupakan langkah yang tepat untuk menjaga ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor. Namun, perlu juga dilakukan upaya pemantauan secara intensif terhadap faktor-faktor yang dapat memengaruhi produksi, seperti faktor cuaca, guna mengantisipasi potensi risiko yang mungkin timbul. -red

Commentaires


bottom of page