top of page

Kim Jong Un Tolak Reunifikasi, Ancam Hancurkan Korea Selatan


KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah mengajukan perubahan konstitusi untuk menyatakan Korea Selatan sebagai "negara musuh nomor satu," mengakhiri komitmen mereka untuk menyatukan Semenanjung Korea. Pidatonya di hadapan majelis rakyat Korea Utara menunjukkan bahwa Kim tidak lagi percaya pada upaya reunifikasi dan menuduh Korea Selatan berusaha menggulingkan rezim serta mendorong unifikasi secara tersembunyi.


Hubungan antara kedua Korea semakin memburuk, yang mengakhiri gencatan senjata mereka pada tahun 1950-1953 tanpa adanya perjanjian damai. Kim menyatakan bahwa meskipun mereka tidak menginginkan perang, mereka tidak berniat untuk menghindarinya. Pernyataan tersebut diikuti dengan pengumuman bahwa Korea Utara akan menutup tiga lembaga yang mengawasi unifikasi dan pariwisata antar-Korea, termasuk Komite Reunifikasi Damai dan Administrasi Pariwisata Internasional Mount Kumgang.


Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, mengecam pernyataan Kim, menyebutnya sebagai sikap "anti-nasional" dan menuduh Korea Utara sebagai negara yang bermusuhan. Yoon juga mengecam peluncuran rudal dan latihan tembak terbaru Korea Utara di dekat perbatasan laut yang menegangkan kedua negara, sambil memperingatkan bahwa provokasi semacam itu akan mendapatkan pembalasan dalam "skala yang berlipat ganda."


Pidato Kim menandai perubahan dalam kebijakan resmi yang selama ini menganggap rekonsiliasi dan unifikasi sebagai tujuan akhir, sementara beberapa analis menduga bahwa deklarasi Korea Selatan sebagai musuh utama dapat menjadi dasar untuk membenarkan penggunaan senjata nuklir dalam konflik di masa depan. Kim juga mengancam bahwa perang akan "menghancurkan" Korea Selatan dan menimbulkan kekalahan yang "tak terbayangkan" terhadap sekutu terbesarnya, Amerika Serikat.


Situasi di Semenanjung Korea semakin menjadi perhatian internasional, dengan beberapa analis menggambarkannya sebagai "lebih berbahaya daripada yang pernah terjadi sejak awal Juni 1950." Ada kekhawatiran bahwa Kim Jong Un telah membuat keputusan strategis untuk berperang, meskipun belum jelas kapan atau bagaimana aksi tersebut akan dilakukan. Pernyataan terakhir Kim menggambarkan hubungan antara kedua negara sebagai "dua negara yang saling bermusuhan," menciptakan ketegangan yang semakin meningkat. -red



Sumber Foto : CNBC Indonesia

Comments


bottom of page