top of page

Kritik Tegas Megawati Terhadap Jokowi dibalik Pidato berapi-api



KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Pidato penuh semangat Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, di Kemayoran menggambarkan kekecewaan mendalam dan kemarahan serius terhadap praktik pemerintahan di bawah kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi). Menurut Ubedilah Badrun, seorang analis Sosial Politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Megawati telah lama menyimpan kekecewaan, terutama terkait upaya perpanjangan masa jabatan 3 periode, namun ia bersabar pada saat itu.


Ubed melihat bahwa emosi Megawati mencapai puncaknya ketika Mahkamah Konstitusi (MK) dianggap melakukan pelanggaran etik berat dengan meloloskan Gibran Rakabuming, anak Jokowi, sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024. Ia menegaskan bahwa pidato Megawati adalah pesan penting yang menegaskan bahwa pemerintahan Jokowi telah melanggar batas konstitusi.


Menurut Ubed, meskipun tidak menyebutkan secara langsung, publik dapat memahami bahwa kemarahan Megawati ditujukan kepada Jokowi dan keluarganya. Pidato tersebut diartikan sebagai peringatan keras bagi Jokowi dan keluarganya.


Asrinaldi, seorang pengamat politik dari Universitas Andalas, juga menilai bahwa pidato Megawati secara jelas ditujukan kepada Jokowi. Hal ini dikarenakan Megawati menyebut kata kunci 'yang berkuasa' dalam pidatonya, dan sebagai presiden, Jokowi adalah orang yang berkuasa sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara.


Asrinaldi menjelaskan bahwa Megawati khawatir karena Jokowi dalam Pilpres tidak berpihak pada PDIP, bahkan anak sulungnya, Gibran, menjadi cawapres dari kubu lawan PDIP. Selain itu, Mega juga khawatir terkait adanya potensi kecurangan dalam Pemilu yang melibatkan Gibran, terutama karena Jokowi masih menjabat sebagai presiden.


Asrinaldi menilai bahwa apa yang disampaikan Megawati merefleksikan kekhawatiran terhadap potensi kecurangan yang mungkin telah terjadi pada Pemilu sebelumnya, saat PDIP bersama-sama memenangkan Jokowi. Dengan kritiknya, Megawati meminta semua pihak untuk waspada dan mengawasi kekuasaan yang dipegang oleh Jokowi.


Namun, posisi Jokowi sangat strategis karena memiliki akses dan kendali kekuasaan. Meskipun tuduhan tersebut mungkin benar, PDIP dan masyarakat sulit untuk mengambil tindakan konkret. Pidato Megawati diinterpretasikan sebagai ajakan kepada masyarakat untuk mengawasi tindakan politik Jokowi, karena Jokowi tampaknya tidak terlalu memperdulikan pernyataan Megawati.


Dalam pandangan Asrinaldi, satu-satunya yang dapat dilakukan adalah berharap agar Jokowi membenahi diri dan memenuhi janji-janjinya, terutama terkait sikap netral di Pilpres 2024. Meskipun pidato Megawati terdengar berapi-api, Asrinaldi meragukan dampaknya dan menilai bahwa Jokowi tampaknya tetap tenang menghadapi tekanan politik. -red

Komentáře


bottom of page