top of page

Meski Turun, Angka Pengangguran Indonesia Masih Tertinggi di ASEAN



KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Pengangguran di Indonesia kembali menurun pada Februari 2024 meskipun jumlah penduduk usia kerja dan angkatan kerja meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa jumlah pengangguran pada Februari 2024 mencapai 7,2 juta orang, turun dari 7,99 juta orang pada Februari 2023. Ini adalah angka pengangguran terendah sejak era reformasi pada 1997, yang mencapai 4,69 juta.


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia juga turun menjadi 4,82% pada Februari 2024, dibandingkan dengan 5,45% pada Februari 2023.



Jumlah penduduk usia kerja per Februari 2024 mencapai 214 juta orang, naik 2,41 juta dari Februari 2023. Angkatan kerja berjumlah 149,38 juta orang, meningkat 2,76 juta, sementara yang bukan angkatan kerja menurun 350 ribu menjadi 64,64 juta orang.


BPS mencatat jumlah orang yang bekerja sebanyak 142,18 juta orang, naik 3,55 juta dari Februari 2023, sementara pengangguran turun 790 ribu menjadi 7,2 juta orang pada Februari 2024.


"Dari angkatan kerja, tidak semua terserap di pasar tenaga kerja, sehingga terdapat pengangguran 7,20 juta orang," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/2/2024).


Namun, meskipun angka pengangguran menurun sejak Agustus 2022, berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF) per April 2024, tingkat pengangguran Indonesia tetap tergolong tinggi dibandingkan negara-negara Asia Tenggara. Indonesia menempati posisi pertama dengan tingkat pengangguran 5,2%, sedangkan Thailand memiliki tingkat pengangguran terendah di ASEAN sebesar 1,1%.



Secara global, Indonesia berada di peringkat ke-57 dalam hal tingkat pengangguran, sementara Sudan mencatatkan tingkat pengangguran terbesar di dunia dengan 49,5%, diikuti oleh Afrika Selatan, Georgia, Ukraina, dan Makedonia Utara.



Penyebab utama tingginya pengangguran di Indonesia adalah rendahnya minat pengusaha untuk membuka lowongan pekerjaan, serta syarat-syarat yang memberatkan para pencari kerja, seperti pengalaman kerja dan persyaratan pendidikan. Banyak perusahaan yang mengharuskan pengalaman kerja minimal 1-2 tahun, sehingga menyulitkan pencari kerja baru tanpa pengalaman.


Selain itu, pengangguran lulusan SMK lebih tinggi dibandingkan lulusan Diploma IV, S1, S2, dan S3, menunjukkan bahwa pandangan tentang pentingnya pendidikan tinggi masih dominan. Persyaratan batas usia juga mempengaruhi lowongan kerja, menyebabkan banyak orang merasa terbebani.


Solusi untuk masalah ini termasuk memperbanyak lapangan kerja dan meningkatkan kualitas angkatan kerja. Pemerintah dan generasi mendatang harus menciptakan lapangan kerja yang lebih inovatif untuk menyerap lebih banyak angkatan kerja di Indonesia, agar tenaga kerja yang berkualitas tidak hanya terpakai di luar negeri. -red

Comentários


bottom of page