KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi, mengingatkan generasi milenial agar tidak sembarangan mengambil pinjaman paylater.
Sebab, gagal melunasi pinjaman paylater dapat menyulitkan dalam mencari pekerjaan. Paylater adalah layanan yang memungkinkan pembayaran ditunda atau berhutang yang harus dilunasi di kemudian hari.
"Iya lah (berpengaruh ke dunia kerja) saya aja daftar OJK pasti di cek juga. Saya banyak dengar cerita dari teman, anaknya sambil menunggu wisuda mengajukan beli tab pakai paylater, dari utang sedikit terus akhirnya berkembang banyak, akhirnya mau cari kerja malah susah," ujar Friderica kepada media di Senayan JCC, Jakarta Pusat, Kamis (24/8).
Friderica menjelaskan bahwa data pinjaman nasabah layanan paylater sudah masuk ke dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan OJK (SLIK OJK). Sehingga, reputasi generasi muda maupun masyarakat lainnya dapat tercoreng jika masuk sebagai kategori kredit macet.
"Jadi, anak muda jangan main-main utang online, abis itu ganti nomor (merasa) sudah tidak bisa ditagih. Tidak begitu, karena akan masuk di SLIK kalau paylater," jelasnya.
Padahal, nominal pinjaman dari kredit paylater tersebut tidak besar, hanya berkisar ratusan ribu rupiah. Namun, utang tersebut bisa terus menggunung karena tidak mampu membayar cicilan.
"Mereka utang di paylater itu beberapa ratus ribu, tapi macet. Jadi sangat disayangkan, lebih penting beli rumah daripada belanja tidak jelas itu," ucapnya.
Dia pun mengimbau seluruh masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan demi masa depan yang lebih baik. Antara lain dengan menghindari kredit yang bersifat konsumtif pada layanan paylater. "Ini supaya anak muda paham, mereka sudah (harus) bertanggung jawab atas catatan keuangannya, sangat penting buat masa depannya," tegas Friderica mengakhiri. -red
Kommentare