top of page

Pemilu: Sejarah dan Peran Generasi Muda



Kalteng Network - Pemilu 2024 sudah semakin dekat. Masyarakat Indonesia akan menggunakan hak pilihnya pada 14 Februari 2024. Pemilu 2024 menjadi pesta besar demokrasi karena masyarakat akan memilih calon Presiden, calon wakil rakyat hingga kepala daerah secara serentak.


Pemilu merupakan salah satu pilar utama dan terpenting untuk negara demokrasi seperti Indonesia. Total Indonesia telah melaksanakan 12 kali Pemilu. Dimulai sejak tahun 1955, 1971, 1977-1997, 1999, 2004, 2009, 2014 dan 2019.


Masa reformasi atau masa transisi ini terbuka peluang untuk menata kehidupan berdemokrasi. Masa ini dimulai dari kepemimpin BJ Habibie sebagai presiden. Di masa ini, partai politik independen, tidak dipengaruhi kekuasaan birokrat militer.

Munculnya pemberdayaan masyarakat sipil lewat penyampaian informasi secara transparan bahkan adanya proses pemilihan secara langsung, baik itu presiden dan wakil presiden, kepala daerah, hingga anggota DPR.


Pemilihan pertama secara langsung dilakukan pada tahun 2004. Demokrasi pada masa ini telah berkembang dengan kesadaran masyarakat dalam kehidupan perpolitikan nasional. Dalam pemilu 2004 Presiden dan Wakil Presiden dapat dipilih langsung oleh rakyat lantaran terjadi perubahan amandemen UUD 1945.


Terdapat dua macam pemilihan umum di periode 2004, yang pertama untuk memilih anggota parlemen dan yang kedua melakukan pemilihan presiden. Selain itu, pemilu periode 2004, dilaksanakan dua putaran. Putaran pertama pada 5 Juli 2004 dan putaran kedua pada 20 September 2004. Hasilnya, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2004 - 2009.


Sebagai anak muda generasi penerus bangsa, suara merupakan salah satu faktor penunjuk arah dalam pemilu. Namun tidak sedikit generasi muda yang memilih golput. Golput adalah singkatan dari Golongan Putih, digunakan untuk menunjuk warga negara yang tidak mempergunakan hak pilihnya dengan berbagai alasan. Istilah Golput di Indonesia sudah muncul sejak Pemilu paling pertama di Indonesia yakni pada tahun 1971.

Sejarah mencatat, 12 organisasi kepemudaan mendatangi kantor Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) dan menyatakan tidak percaya Pemilu 2004, Jakarta. Panwaslu diminta bersikap tegas terhadap politisi dan partai busuk.


“Panwaslu harus berani membawa para politisi dan partai busuk ke pengadilan untuk ditindak secara hukum. Kalau tidak, kami kaum muda akan menyerukan dan menggalang gerakan tidak percaya Pemilu 2004 sebagai jalan keluar dari krisis, dengan menawarkan pemerintahan alternatif rakyat miskin dan kaum muda," kata Muhammad Chozin, dari PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI-MPO).


Hal ini membuktikan bahwa sudah sejak lama generasi muda punya andil besar dalam setiap lini kehidupan tak terkecuali dalam Demokrasi dan Pemilu. Selama ini kegiatan partisipasi masyarkat masih dipahami sebagai upaya mobilitasi masyarakat untuk kepentingan Pemerintah atau Negara.


Partisipasi politik akan berjalan selaras manakala proses politik berjalan secara stabil. Seringkali ada hambatan partisipasi politik ketika stabilitas politik belum bisa diwujudkan, karena itu penting untuk dilakukan oleh para pemegang kekuasaan untuk melakukan proses stabilisasi politik. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan masih banyak masyarakat yang memilih untuk tidak menggunakan hak pilih atau suaranya dengan baik atau golput.


Berdasarkan hitung cepat LSI dengan 100% sampel, data golput pada Pilpres 2019 mencapai 19,24%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ada 34,75 juta orang yang tidak menggunakan hak pilihnya atau golongan putih (golput) dalam Pemilu 2019. Jumlah itu setara dengan 18,02% dari seluruh daftar pemilih tetap Pemilu 2019 sebanyak 192,77 juta orang.

Jumlah pemilih golput pada Pemilu 2019 menurun 40,69% dibandingkan periode sebelumnya. Pada Pemilu 2014, jumlah pemilih golput mencapai 58,61 juta orang atau 30,22%.


Pembaca Cerdas, golput adalah momok bagi Pemilu 2024 yang akan segera terlaksana. Didukung oleh penyebaran informasi secara pesat melalui media sosial yang rentan memengaruhi Gen Z. Bagaimana tidak? Generasi Centennial ini menghabiskan lebih dari 8 jam sehari menjelajahi dunia siber.


Apakah 2024 nanti kamu akan golput? Inilah saatnya kamu harus mempertimbangkan dan tentukan pilihan! Karena kamu adalah bagian dari kemajuan bangsa dan negara, Indonesia tercinta. -red


Comments


bottom of page