KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Asosiasi Perbenihan Indonesia (Asbenindo) mengusulkan agar pemerintah membuka pintu impor benih bibit padi hibrida sebagai alternatif yang lebih baik daripada mengimpor beras dalam jumlah besar. Ketua Umum Asbenindo, Ricky Gunawan, menyampaikan bahwa mereka telah mengajukan perhitungan kepada pemerintah, di mana dengan menggunakan benih tertentu untuk produksi padi hibrida dan inbrida, meskipun harga benih hibrida lebih tinggi, produktivitas petani diharapkan akan meningkat sebesar 20%.
Ricky menekankan bahwa penggunaan benih hibrida tergantung pada lahan yang ditanami dan izin hibrida hanya diberikan untuk lahan tertentu yang telah diuji lokasinya. Meskipun belum semua tempat dapat ditanami, lokasi yang cocok diharapkan dapat menghasilkan lebih banyak. Saat ini, porsi benih hibrida yang ditanam di dalam negeri masih kecil, sekitar 2-3%, sedangkan sekitar 97% masih menggunakan benih inbrida.
Dengan meningkatkannya penggunaan benih hibrida, Asbenindo berharap produksi beras di dalam negeri dapat meningkat. Ricky menyatakan bahwa dengan demikian, pemerintah tidak perlu lagi mengimpor beras dalam jumlah besar. Dia juga menyoroti pentingnya edukasi bagi petani yang ingin beralih dari benih inbrida ke hibrida, termasuk dalam penentuan waktu penanaman bibit jantan dan betina.
Usulan Asbenindo ini memberikan solusi yang cukup rasional dan berkelanjutan. Dengan meningkatkan produksi beras di dalam negeri melalui peningkatan penggunaan benih hibrida, pemerintah dapat mengurangi ketergantungan pada impor beras, yang selama ini menjadi salah satu tantangan dalam menjaga ketahanan pangan. Selain itu, edukasi kepada petani juga perlu ditingkatkan agar mereka dapat memahami manfaat dan teknik penggunaan benih hibrida secara optimal. -red
Comments