top of page

Rabu Wekasan: Menolak Bala dengan Doa dan Amal Sholeh


KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Rabu Wekasan dikenal sebagai hari paling sial dalam setahun. Lalu, apa sebenarnya Rabu Wekasan itu? Berikut penjelasan tentang makna, sejarah, dan tradisinya.


Rabu Wekasan, juga dikenal sebagai Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan, adalah tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura. Rabu Wekasan jatuh pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, bulan kedua dalam kalender Hijriah.


Tahun ini, menurut kalender Hijriah yang dirilis oleh Kementerian Agama, Rabu Wekasan jatuh pada hari ini, Rabu (4/9).



Makna Rabu Wekasan

Dilansir dari situs Desa Suci, Kabupaten Gresik, Rebo berarti hari Rabu dalam bahasa Indonesia, sedangkan Wekasan berasal dari bahasa Jawa yang berarti terakhir atau akhir. Jadi, secara harfiah, Rabu Wekasan adalah Rabu terakhir.


Sebagai sebuah tradisi, Rabu Wekasan dianggap sebagai hari datangnya penyakit dan marabahaya, sehingga banyak upacara yang bersifat tolak bala. Tradisi ini merupakan perpaduan antara nilai-nilai Islam dan budaya Jawa.


Sejarah Rabu Wekasan

Sejarah Rabu Wekasan berawal dari masa penyebaran Islam di Indonesia. Masyarakat Jawa percaya bahwa Rabu terakhir di Bulan Safar merupakan hari sial, sebuah kepercayaan yang berasal dari kaum Yahudi. Pada tahun 1602, beredar kabar bahwa Belanda berencana menjajah Jawa, sehingga masyarakat menggelar ritual untuk menolak penjajahan, yang kemudian berkembang menjadi tradisi Rabu Wekasan.


Rabu Wekasan juga terkait dengan penyebaran Islam di Indonesia. Menurut Abdul Hamid Quds, terdapat 32.000 bala yang diturunkan oleh Allah pada Rabu terakhir setiap tahun di Bulan Safar. Wali Songo berperan penting dalam mengembangkan tradisi ini. Misalnya, Sunan Giri memberikan petunjuk sumber air ketika terjadi kekeringan dan menganjurkan pelaksanaan upacara adat Rabu Wekasan.


Tradisi Rabu Wekasan

Tradisi Rabu Wekasan tidak bergantung pada hari pasaran dan neptu dalam pelaksanaannya. Akar tradisi ini berasal dari keyakinan bahwa Bulan Safar membawa kesialan, meskipun dalam ajaran Islam sebenarnya tidak ada hari atau bulan yang dianggap sial atau membawa keberuntungan.


Tradisi ini kuat di kalangan budaya Sunda dan Jawa, dan biasanya melibatkan amalan-amalan seperti berdoa, salat sunah, dan bersedekah. Rebo Wekasan adalah contoh akulturasi antara budaya Islam dan Jawa. Tradisi ini umumnya dilakukan di daerah pesisir yang lebih dulu mengenal dan kuat dalam praktik keislaman dibanding daerah pedalaman Jawa.


Demikian penjelasan tentang Rabu Wekasan, lengkap dengan makna, sejarah, dan tradisinya. -red




Foto: Antara Foto Wahdi




Comments


bottom of page