top of page

Tips Memilih Saham untuk Investasi Jangka Panjang

Updated: Sep 1, 2022




Saham adalah salah satu pilihan investasi yang sedang populer saat ini. Terlepas dari adanya model investasi lain seperti emas dan properti, anak muda sekarang lebih tertarik terjun ke dunia saham. Namun sayangnya, banyak yang belum tahu bagaimana cara memilih saham yang baik dan benar.


Tentu, terdapat berbagai aspek yang perlu Anda perhatikan secara mendalam. Terlebih jika Anda sekarang adalah seorang yang baru mengenal saham. Oleh sebab itu, Inikalteng kali ini akan membantu Anda dalam memilih saham terbaik untuk investasi jangka panjang.


Silahkan simak tips yang berikut ini!


1. Investasi pada Saham Perusahaan yang Anda Kenal


Dalam memilih saham, posisikan diri Anda seolah-olah sebagai pemilik perusahaan. Anda wajib mengenal perusahaan tersebut dengan baik. Mulai dari produk apa yang ditawarkan, hingga bagaimana masa depan perusahaan dalam 10 tahun ke depan.

Anda berinvestasi berarti Anda mendoakan perusahaan itu bertumbuh. Anda optimis dengan kemajuan perusahaan di masa depan. Dan tentunya, perusahaan yang dimaksud adalah yang punya fundamental yang kuat, terutama jika diperhadapkan dengan kondisi luar biasa seperti pandemi sekarang.


2. Membeli Saham Blue Chip


Ketika Anda berbicara soal investasi jangka panjang, maka membeli saham blue chip adalah pilihan yang tepat. Saham blue chip adalah saham yang mempunyai kapitalisasi pasar yang besar di atas 10 triliun sehingga menjadi penggerak utama IHSG.

Intinya, saham ini punya fundamental perusahaan yang kuat. Jadi, Anda tidak perlu khawatir jika harus menginvestasikan harta Anda dalam jangka waktu lama di sana.

Lalu apa saja yang termasuk saham blue chip? antara lain, Bank BCA, Bank BRI, Telkom, Astra, dan lainnya. Dikarenakan informasi ini tidak asing di dunia saham, semua informasi tersebut dapat Anda akses sendiri di internet.


3. Mempertimbangkan Saham Bank


Tidak hanya mempertimbangkan saham dengan label ‘blue chip’, Anda perlu melakukan seleksi lanjutan pada saham blue chip. Dikarenakan saham-saham tersebut punya bidang usaha yang berbeda-beda. Beberapa bidang itu antara lain, consumer goods, banking, dan service.

Saham bank adalah salah satu golongan saham yang patut Anda pertimbangkan. Perusahaan ini dirasa punya andil besar di masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, semua orang pasti sering menabung dan melakukan transaksi keuangan lewat bank. Maka jarang sekali Anda mendengar suatu bank berhenti beroperasi karena bangkrut. Apalagi jika bank tersebut sekelas BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan sebagainya.

Oleh sebab itu, tidak salah Anda mulai memilih saham bank untuk investasi. Sekedar informasi, saham BCA ternyata adalah salah satu saham yang paling diminati oleh kaum pengusaha. Saham ini tidak pernah absen dari portofolio saham mereka.

Sebenarnya, ada juga saham barang konsumsi (consumer goods) yang bisa Anda pertimbangkan, contohnya, Indofood, Unilever, Wood, Matahari, dan sebagainya.

Namun, perlu Anda ketahui bahwa ada persaingan yang ketat antar perusahaan consumer goods di zaman sekarang, sehingga untuk investasi jangka panjang cukup berisiko. Contoh nyatanya adalah Unilever. Walaupun sebenarnya Unilever tergolong ‘blue chip’, harga saham perusahaan ini terus mengalami penurunan setiap tahun,


4. Memperhatikan Grafik Keuntungan Saham Per Tahun


Penting untuk Anda menganalisa grafik keuntungan saham per tahun. Anda bisa mulai menghitung persentase keuntungan saham tersebut rata-rata per tahun. Hitunglah nilai keuntungan yang Anda akan dapat jika berinvestasi di sana.

Bandingkanlah beberapa perusahaan yang terbaik dalam bidang yang sejenis, dan lihat rata-rata keuntungan mereka per tahun. Dengan begitu, Anda akan dibuat semakin yakin untuk berinvestasi di sana.

Alangkah lebih baik jika umur saham tersebut sudah lebih dari 5 tahun, sehingga Anda dapat menyimpulkan harga rata-ratanya dengan baik. Tapi ingat! Agar hasilnya sesuai ekspetasi maka persentase keuntungan dihitung per tahun, bukan dilihat dari per 5 tahun.

Sedikit tips, Anda juga dapat menganalisa penyebab saham turun dengan grafik tersebut. Tinggal Anda cocokan tanggal dimana saham itu turun drastis dan berita pada periode itu. Anda akan menemukan faktor jatuhnya harga saham dan membuat Anda lebih waspada kedepannya.


5. Mempertimbangkan Harga Saham yang Masih Murah


Dalam beberapa kondisi, Anda perlu memantau apakah harga jual suatu saham tergolong lebih murah (undervalue) atau lebih mahal (overvalue) dari harga normal. Tentu, sebagai investor jangka panjang akan lebih memilih saham yang undervalue.

Bagaimana caranya? Ternyata ada beberapa rumus dan indikator yang dapat digunakan untuk menghitung hal tersebut, namun yang paling mudah adalah melihat PBV dan PER.

Tidak perlu membahas rumus panjang lebar, hampir semua broker punya nilai PBV dan PER di bagian kolom Fundamental. Entah broker yang Anda pakai itu IPOT, AJAIB atau Stockbit, semua pasti ada.

PBV (Price to Book Value) adalah indikator yang menentukan murah atau mahal harga saham suatu perusahaan berdasarkan modal yang dikuasai oleh perusahaan. Jadi, nilai PBV yang bagus adalah di bawah 1, yang berarti harga saham masih undervalue (murah).

PER (Price to Earning Ratio) adalah indikator yang membandingkan harga saham dengan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan (laba). Umumnya, para investor akan menilai jika PER di bawah 10x maka tergolong murah.

Ternyata, baik PBV dan PER tidak perlu 100% berpatokan kepada angka-angka tadi. Anda dapat membandingkan PBV dan PER dari perusahaan A,B,C,D yang berada di industri yang sejenis. Sehingga siapapun perusahaan yang nilai PBV dan PERnya rendah, berarti harga sahamnya masih murah.


6. Bersabar dalam Membeli Saham


Kesalahan terbesar dari investor pemula adalah tidak sabaran. Percayalah setiap investor pemula sering mengalami yang namanya ‘FOMO’.

Fomo (Fear of Missing Out) adalah sikap gelisah dan panik yang terjadi ketika melewatkan momen investasi yang dirasa akan menguntungkan. Mudahnya, Fomo dapat diartikan sebagai perilaku ikut-ikutan.

Melihat harga saham sedang naik drastis, Anda cenderung langsung mengambil keputusan gegabah karena takut ‘ketinggalan kereta’. Akibatnya, secara tidak sadar Anda membeli saham di harga yang tinggi (pucuk). Apa boleh buat, bersiaplah untuk turun gunung karena pesta telah usai!


7. Menghindari Saham Gorengan


Sudah paling benar Anda menghindari saham gorengan. Layaknya gorengan yang dijual di pinggir jalan, saham ini juga ramah di kantong. Harganya yang murah dan sering naik hingga 35% sangat menggiurkan untuk dicoba.

Saham gorengan didefinikan sebagai saham dengan fundamental yang kurang bagus. Karena keadaan tersebut, harga saham ini sangat bisa dipermainkan oleh oknum tertentu yang punya dana lebih besar.

Pada prakteknya, oknum tersebut akan menaikkan harga saham gorengan secara signifikan, dengan tujuan investor pemula (retail) mengikuti jejaknya. Otomatis dengan bergabungnya retail menyebabkan harga akan terus naik dan membuat oknum tersebut semakin untung. Lalu, oknum ini akan menarik dana (taking profit) secara tiba-tiba pada harga tertinggi, sehingga menyebabkan harga saham turun secara drastis. Akibatnya, hal itu akan membuat Anda yang baru masuk merugi luar biasa (nyangkut).

Oleh karena itu, jika Anda adalah investor pemula, sebaiknya jangan pernah tergoda dengan saham gorengan ini.

Itulah beberapa tips memilih saham untuk investasi jangka panjang yang wajib Anda ketahui.


Selain tips di atas, ada juga pertimbangan lainnya dalam membeli saham, baik secara fundamental ataupun teknikal. Paling tidak dalam investasi jangka panjang, Anda wajib mengenal analisa fundamental.


Oleh sebab itu, berbekal informasi dari artikel ini, Anda sudah dapat mulai terjun ke dunia saham sambil mengasah lagi kemampuan analisa Anda. Mulailah belajar saham dari sekarang! Dan lihat hasilnya di masa depan!



Comments


bottom of page