KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - PT Sepatu Bata Tbk (BATA) mengumumkan penutupan pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat, akibat kerugian yang terus membengkak. Firman Bakrie, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), menjelaskan bahwa sektor usaha sepatu belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi COVID-19, terutama dari sisi konsumsi.
Firman menyatakan bahwa produsen sepatu di Indonesia mengalami kesulitan karena lesunya pasar domestik. Meskipun ada momen Natal, Pemilu, dan Lebaran, penjualan produk sepatu dan sandal lokal tetap tidak meningkat signifikan. Setelah Pemilu, pasar dikejutkan dengan kenaikan inflasi di sektor pangan, yang mempengaruhi daya beli masyarakat, terutama segmen ekonomi menengah ke bawah yang sangat sensitif terhadap kondisi ekonomi.
Selain pasar lokal yang lesu, produsen sepatu di Indonesia menghadapi tantangan lain seperti upah minimum yang tinggi, kesulitan dan mahalnya bahan baku impor, serta maraknya impor ilegal. Firman menekankan bahwa impor ilegal menciptakan situasi yang merugikan bagi pelaku usaha yang jujur dan taat aturan. Jika kondisi ini berlanjut, akan semakin berat bagi pengusaha sepatu yang mematuhi hukum.
Situasi yang dihadapi oleh PT Sepatu Bata dan produsen sepatu lainnya mencerminkan tantangan kompleks dalam industri manufaktur di Indonesia. Pemerintah perlu meninjau kebijakan ekonomi dan regulasi impor untuk melindungi industri lokal.
Selain itu, ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi agar pasar domestik bisa pulih dan mendukung pertumbuhan industri sepatu. Pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif antara pemerintah, pelaku industri, dan pemangku kepentingan lainnya sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini dan mengembalikan daya saing industri sepatu Indonesia. -red
Comments