
KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) mengungkapkan bahwa kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan oleh Presiden Prabowo Subianto berpotensi menyebabkan kerugian lebih dari Rp3 miliar per hotel.
Wakil Ketua Umum IHGMA, Garna Sobhara Swara, menyatakan bahwa banyak ruang pertemuan di hotel kini tidak digunakan karena tidak adanya acara pemerintahan, yang selama ini menjadi salah satu sumber pemasukan utama.
"Khususnya hotel bintang empat, mereka melaporkan potensi kerugian lebih dari Rp3 miliar per hotel akibat kebijakan efisiensi ini," ujar Garna dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (4/4).
Hasil survei terhadap 315 hotel anggota IHGMA menunjukkan dampak yang signifikan dari kebijakan ini. Secara keseluruhan, IHGMA menaungi sekitar 1.000 hotel yang tersebar dari Aceh hingga Papua.
Untuk menghadapi situasi ini, para pengusaha hotel tengah menyusun strategi, termasuk mengurangi belanja kepada pemasok dan memangkas jumlah tenaga kerja.
"Jika kondisi terus memburuk, kemungkinan pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak dapat dihindari. Di hotel kelas menengah, sekitar 10 hingga 50 karyawan bisa terkena dampak, sementara di hotel yang lebih besar, jumlahnya bisa lebih banyak," tambah Garna.
Sementara itu, Ketua Umum IHGMA, Arya Pering Arimbawa, memperkirakan kondisi industri perhotelan akan semakin sulit setelah Lebaran Idulfitri jika kebijakan ini tidak direvisi. Setelah melewati masa low season selama Ramadan, hotel-hotel akan bersaing ketat untuk menarik pelanggan.
"Pada akhirnya, akan terjadi perang harga. Ini bisa berujung pada penurunan kualitas layanan. Jika tamu menyadari penurunan ini dan mengeluhkan layanan yang tidak sesuai harapan, maka reputasi hotel akan menurun," jelas Arya.
IHGMA berharap pemerintah bersedia berdiskusi untuk mengevaluasi dampak dari kebijakan efisiensi anggaran ini. Mereka mengusulkan agar kebijakan diterapkan secara bertahap agar dampaknya bisa dievaluasi lebih baik.
Selain itu, IHGMA juga meminta insentif berupa pengurangan pajak perhotelan, subsidi atau bantuan langsung untuk industri hotel, serta relaksasi kebijakan operasional agar sektor perhotelan dapat bertahan di tengah situasi sulit ini. -red
Foto: Pixabay
Comments