top of page

Urbanisasi Tinggi, Tapera dan PUPR Dorong Beli Apartemen



KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Lokasi rumah yang didanai melalui Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) masih menjadi topik pembicaraan. Banyak simulasi menunjukkan bahwa tabungan yang terkumpul belum cukup untuk membeli rumah atau tanah di dekat perkotaan.


"Masalah lokasi menjadi tantangan kami saat ini untuk rumah tapak, terutama ketersediaan lokasi yang favorable. Struktur backlog rumah sebanyak 9,9 juta sebagian besar adalah masyarakat perkotaan, di mana harga tanah di perkotaan sudah tidak terjangkau," kata Komisioner BP Tapera Heru Pudyo Nugroho dalam konferensi pers pada Rabu (5/6/2024).


Berdasarkan Keputusan BP Tapera Nomor 2 Tahun 2023, limit kredit ditetapkan berdasarkan wilayah. Di kawasan Jabodetabek, Maluku, Bali, dan NTB, limitnya mencapai Rp 185 juta. Sementara di Jawa selain Jabodetabek dan Sumatera, limitnya mencapai Rp 166 juta.


Adapun, Kalimantan dan Sulawesi masing-masing memiliki limit Rp 182 juta dan Rp 173 juta. Limit tertinggi diberikan untuk Papua, yakni Rp 240 juta.


Menurut Heru, dengan analogi pembiayaan KPR rumah saat ini, limit Rp 185 juta untuk wilayah Jabodetabek, Rp 166 - Rp 176 juta untuk Non-Papua, dan Rp 240 juta untuk Papua menjadi tidak terjangkau jika dekat dengan perkotaan.


Oleh karena itu, BP Tapera mendorong masyarakat untuk membeli rumah vertikal atau apartemen. Kredit yang diberikan melalui FLPP maupun dana Tapera dapat digunakan untuk membiayai rumah vertikal atau susun.


"Ini juga menjadi tantangan, oleh karena itu, mengubah mindset masyarakat untuk terbiasa hidup di rumah vertikal juga menjadi tantangan," kata Heru.


"Tentunya harganya berbeda, karena harga rumah susun lebih mahal daripada rumah tapak," tambahnya.


Pada kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR, Herry Trisaputra Zuna, mengatakan bahwa dengan perkembangan urbanisasi yang tinggi saat ini, masyarakat didorong untuk membeli rumah vertikal.


Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat menjangkau tempat kerjanya dengan waktu yang lebih singkat.


"Inilah yang sedang kita dorong hari ini, bagaimana rumah yang dimanfaatkan tidak hanya rumah tapak. Melihat statistik saat ini, rumah tapak hanya 900 ribu unit dari 1,7 juta unit. Sangat kecil, oleh karena itu ke depannya kita akan mendorong rumah vertikal juga menjadi targetnya sehingga lebih dekat," kata Zuna. -red

Comments


bottom of page